Anak Punk Ga Selalu Reseh..!
Jangan selalu mencap miring anak punk, kalo belon dekat. Mereka emang cuek, tapi juga tau diri. Kenapa mesti berpakaian lusuh?
“Awas anak punk!” Peringatan kayak gitu
masih sering terdengar begitu melihat segerombolan anak punk di jalan.
Maklum, penampilan anak punk emang bikin “keder” banyak orang. Jaket
lusuh yang dipenuhi emblem, sepatu boots Doc Mart, celana panjang ketat,
spike (gelang berjeruji) di tangan, rambut tajamnya yang bergaya mohawk
(mohak) bikin punkers terkesan garang.
Bukan hanya penampilan yang membuat imej
punk jadi “lain” dari komunitas remaja kebanyakan, tapi juga tingkah
mereka. Bergerombol di jalan, kadang sampe pagi, dan kadang suka
terlibat tawuran. Maka, kompletlah punk kena cap sebagai komunitas yang
bermasalah. Padahal, apa sebenernya anak punk kayak gitu? Tukang bikin
rusuh?
“Salah banget kali, orang-orang ngelihat
kita kayak sampah masyarakat. Mereka yang mikir begitu, sebenarnya nggak
tau apa-apa tentang kita,” kata
Oscar, salah satu anak punk Jakarta
Timur (Sorry, musti pake’ nama samaran).
Menurut Oscar, penampilan punk yang lusuh
bukan berarti kelakuan mereka juga minus. Apalagi penampilan kayak gitu
udah menjadi cirri khas punk. Mungkin kelihatan lusuh, dekil, kayak
orang aneh, tapi kita nggak pernah ngelakuin tidak criminal kayak
maling. “Kalo ada anak punk yang malak, dia nggak ngerti arti punk
sebenarnya. Mungkin cuma dandanan luar doang yang punk, dalemnya nggak
tau apa-apa,” tambah cowok berusia 16 tahun ini serius.
Tapi nggak bisa dipungkiri, penampilan,
penampilan punk yang sering kelihatan lusuh nggak terlepas dari sejarah
kelahiran punk itu sendiri. Menurut Oscar, punk lahir di jalanan, dari
orang-orang yang tertindas kayak gembel, buruh dan gelandangan yang
benci sama kapitalis di Eropa. Mereka benci ama orang kaya yang serakah
dan penindas orang miskin.
“Mereka akhirnya terbuang, sampe terus bikin
komunitas sendiri. Tapi, kalo lantas dianggap kriminal, ya salah. Punk
malah punya jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi, terutama buat
kelompoknya. Mereka juga memihak rakyat kecil,” jelas Oscar panjang
lebar.
BANYAK ALIRAN
Penampilan seperti itu, juga diikutin abis
ama anak punk di Indonesia. Tapi, bukan karena semata karena penampilan
yang bikin banyak remaja tertarik masuk kedalam komunitas punk,
melainkan karena motto anak punk itu sendiri. Equality (persamaan hak)
misalnya, termasuk yang bikin banyak remaja jatuh hati.
“Tadinya aku juga nggak suka ama anak punk,
tapi begitu aku coba gaul ama mereka, aku jadi tertarik. Mereka
mementingkan kebersamaan dalam segala hal, prinsip itu yang nggak aku
temuin di komunitas lain,” cerita Ricky (bukan nama sebenarnya) yang
udah jadi anak punk sejak duduk di kelas I SMP.
Ricky makin jatuh hati ketika ia merasa
cocok ama musik khas anak punkyang underground. Udah gitu lewat jalur
indie label, cowok yang duduk di kelas II SMP ini merasa bebas berkreasi
.Nggak bakal kena pengaruh ama perusahaan rekaman yang cenderung
komersil. Pokoknya ia merasa bebas.
Tapi, diakui Ricky, begitu gabung ama
komunitas punk, gaya hidupnya berubah berubah. Dandanan udah pasti.
Selain itu, ia jarang di rumah. Biasanya nongkrong ama sesama anak punk.
Kadang sampe pagi, terutama kalo hari libur. Pas nongkrong, biasanya
mereka ngobrol dan berdiskusi tentang musik atau komunitas punk. Nggak
jarang, mereka sering bertandang ke komunitas punk di tempat lain.
“Itu jadi semacam ‘kegiatan’ wajib. Selain bisa tau info baru tentang punk, kita juga bisa nambah temen baru,” tukas Ricky
Kegiatan lain, apalagi kalo bukan festival
band underground yang biasanya digelar tiap Minggu. Gedung Olah Raga
(GOR) biasanya paling sering dipakai buat acara mereka₪ Akibatnya, ada
yang menganggap anak punk identik ama GOR. Di Jakarta ada di Bulungan,
Youth Centre, dan Planet Senen. Termasuk GOR di Bekasi dan GOR Saparua
di Bandung. Asal tau aja GOR dipilih bukan karena mereka nggak mampu
menyewa tempat yang lebih mahal buat konser.
“Kalo kita mau, kita bisa kok bikin acara di
kafe. Persoalannya, cuma di GOR kita bisa bebas dan imejnya nggak
komersil,” tambah Ricky.
MEMILIH GEMBEL
Maklum aja kalo mereka ogah main di kafe
yang serba glamor. Karena, hampir sama dengan punk di nagri, punk di
Indonesia juga antikomersil, antikapitalis, dan anti keglamoran. Meski
begitu, bukan berarti anak punk miskin semua. Banyak kok anak punk yang
berasal dari rumah gedongan Tapi kesehariannya, mereka tetap
berpenampilan lusuh.
“Banyak anak punk yang kelihatan di konser –
konser itu, sebenernya anak orang kaya, lho! Rumahnya gedongan. Tapi,
mereka melepas semua itu dengan pake kostum gembel yang tak terawat,
supaya jadi punk. Mereka malah malu kalo kelihatan gaya,” cerocos Oscar.
Bukti lain kalo anak punk cukup berduit,
dengan seringnya bikin konser. Nah, segala biaya itu ditanggung ama
mereka sendiri. Misalnya geng A bikin acara, semua anggotanya patungan.
Mulai dari sewa gedung, bikin leaflet, sampe sewa alat segala. Udah
gitu, yang nonton juga dikutip bayaran, biasanya sekitar 10 ribu perak.
Ini kebersamaan juga, kita menghargai yang bikin acara, mereka juga
ngelakuin yang sama. Jadi anak punk itu hobinya bukan gratisan!” tambah
Ricky.
Nah, kebersamaan seperti itulah yang bikin
anak punk tetap kompak. Emang sih kadang ada yang suka “bandel”.
Misalnya, ada yang suka bikin keributan dan membenci kelompok tertentu.
Kalo udah gini, kamu nggak bisa mengartikan anak punk semuanya kayak
gitu. Karena di dalam punk itu sendiri, banyak alirannya. Bukan cuma
musiknya, tapi juga ciri khas lain. Misalnya punk street dan punk rock
yang hobinya nongkrong di jalanan.
misalnya dari penyebab anak punk sebagai berikut:
Ada juga kelompok lain yang sodaraan ama
punk, yaitu skinheads. Aliran yang “berkiblat” ama Nazi ini konon lebih
brutal dan rasis (benci ama kelompok tertentu) disbanding punk lainnya.
Di negara asalnya, kelompok yang biasanya disebut skinheads Nazi ini
memang sangat berbahaya. Tapi di Indonesia, cenderung nggak rasis.
Bahkan penampilannya lebih gaya ketimbang di nagri. Kelompok yang lahir
dari kaum pekerja itu masih banyak yang antiras.
Ada juga yang namanya skinheads politik.
Kelompok ini menurut Ricky lebih banyak terlibat ama dunia politik di
Indonesia, bahkan sering ikut aksi ama PRD. Maklum karena mereka punya
prinsip yang sama di bidang politik. “Mereka ikut karena paham masa
depannya sejalan dengan PRD,” tambah Ricky.
Yang menarik, ada kelompok yang menamakan
dirinya straight edge. Bukan seperti punk yang lainnya, komunitas ini
punya sikap yang lumayan “bersih” disbanding punk lain. Misalnya, mereka
antirokok, anti-seks bebas, dan vegetarian. “Tapi disini nggak banyak,”
kata Ricky.
Menurut Ricky, kalo nongkrong, nggak semua
anak punk suka nge-drugs. “Tapi aku akuin, ada yang suka minum – minum.
Tapi, kalo yang namanya junkies tinggalin deh! Anak punk udah nggak
setuju ama yang namanya junkies,” tambah Oscar.
Uniknya, meski mereka setia ama prinsip dan
aturan dalam komunitas, hampir dipastikan anak punk nmggak punya tokoh
yang patut dijadikan panutan. Boleh jadi karena kebersamaan. Jadi kalo
pun dianggap idola biasanya mereka menyebut Hitler. Tapi kebanyakan
lebih suka menyebut nama band kayak Sex Pistols dan The Bussiness. Itu
pun mereka kagum karena aliran musiknya yang menurut mereka keren punya.
“Namanya equality, jadi semuanya sama. Nggak pake pimpinan segala,” jelas Ricky.
PUNK : Do It Yourself dan Anti Kemapanan
Punk sebagai jenis musik, masuk ke tanah air
pada tahun 1980-an, bersamaan dengan kegandrungan anak-anak muda pada
grup band politis asal Inggris, Sex Pistol. Awal tahun 1990-an, beberapa
anak muda di Bandung kemudian mencoba mengartikulasi budaya impor itu
dengan berdandan punk: rambut berdiri (mohawk) yang dilengkapi berbagai
asesoris khasnya.
Agak unik ngobrol dengan komunitas ini.
Mereka punya sikap tegas dan berani berbeda secara prinsip. “Menurut
gue, punk itu mengembalikan kontrol atas diri loe sendiri. Do it
Yourself dan anti kemapanan,” terang Ika, yang juga kerap disebut Peniti
Pink, salah satu anggota komunitas punk di Jakarta. Dalam kacamata Ika,
punk lebih kepada persoalan melawan, bukan memberontak. “Kami melawan
ketidakadilan, melawan dari tekanan, bukan memberontak tapi melawan.
Anti kemapanan dalam arti menolak segala sesuatu yang sudah jadi status
quo,” tegas cewek yang dikontak via email itu.
Sebagai seorang perempuan, Ika tidak
merasakan adanya perbedaan perlakuaan antara punkers cewek dan cowok.
“Dalam skala besar, keterwakilan punker cewek memang tidak sebesar yang
cowok. Tapi sekarang sudah lumayan menonjol dan punya pengaruh juga,”
tambah Ika. Menurut Ika yang kerap menulis soal punk dan perempuan, punk
mampu melihat perempuan dengan lebih adil dan fair dibanding
mainstream.
Soal tudingan komunitas punk banyak
mengumbar kata-kata provokatif, Ika menolaknya. “Tidak juga. Organ-organ
politik dan agama di Indonesia, kayaknya malah lebih provokatif deh,”
kilahnya. Tapi Ika tidak menolak jika punk juga menjadi bagian dari gaya
hidup. “Punk juga bisa jadi fesyen, musik, atau apapun yang gue rasa
punk bisa masuk ke dalamnya,” tandasnya Ika lagi. Tapi percaya atau
tidak, Ika mengaku tidak berharap apa-apa dari scene punk di Indonesia.
“Tidak ada yang gue harapkan,” tegasnya.
Perkembangan scene punk –komunitas, gerakan,
musik, fanzine, dan lainnya– paling optimal adalah di Bandung, disusul
Malang, Yogyakarta, Jabotabek, Semarang, Surabaya, dan Bali.
Parameternya adalah kuantitas dan kualitas aktivitas: bermusik,
pembuatan fanzine (publikasi internal), movement (gerakan), distro
kolektif, hingga pembuatan situs.
Meski demikian, secara keseluruhan, punk di
Indonesia termasuk marak. Profane Existence, sebuah fanzine asal Amerika
menulis negara dengan perkembangan punk yang menempati peringkat
teratas di muka Bumi adalah Indonesia dan Bulgaria. Bahwa `Himsa`, band
punk asal Amerika sampai dibuat berdecak kagum menyaksikan antusiasme
konser punk di Bandung.
Di Inggris dan Amerika –dua negara yang
disebut sebagai asal wabah punk, konser punk hanya dihadiri tak lebih
seratus orang. Sedangkan di sini, konser punk bisa dihadiri ribuan
orang.
Mereka kadang reaktif terhadap publikasi
pers karena khawatir diekploitasi. Pers sebagai industri, mereka anggap
merupakan salah satu mesin kapitalis. Mereka memilih publikasi kegiatan,
konser, hingga diskusi ide-ide lewat fanzine.
Punk not DEAD!!!
Komunitas yang satu ini memang sangat
berbeda sendiri dibandingkan dengan komunitas pada umumnya. Banyak orang
yang menilai bahwa komunitas yang satu ini termasuk salah satu komuitas
yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun jika dicermati lebih
dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas ini.
Punk sendiri terbagi menjadi beberapa komunitas-komunitas yang memiliki
ciri khas tersendiri, terkadang antara komunitas yang satu dengan
komunitas yang lain juga sering terlibat masalah. Walaupun begitu
mungkin beberapa komunitas Punk di bawah ini dapat mempengaruhi
kehidupan Anda sehari-hari.
Anarcho Punk
Komunitas Punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang
sangat keras. Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan
orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagiandari
kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan
sesama komunitas Punk yang lainnya.
Anarcho Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut.
Ideologi yang mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist.Crass, Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk.
Jika Anda berpikir bahwa Anarcho Punk merupakan komunitas Punk yang
sangat brutal, maka Anda harus menyimak yang satu ini. Crust Punk
sendiri sudah diklaim oleh para komunitas Punk yang lainnya sebagai
komunitas Punk yang paling brutal. Para penganut dari faham ini biasa
disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut sering melakukan
berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk
dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang
anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties
saja.
Para anggota dari komunitas ini merupakan para seniman. Apa yang mereka
alami dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam
berbagai macam karya seni. Mereka benar-benar sangat menjauhi
perselisihan dengan sesama komunitas atau pun dengan orang-orang
lainnya.
Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat
bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat
menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam
kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering
bermasalah.
Dari sekian banyaknya komunitas Punk, mungkin Nazi Punk ini merupakan
sebuah komunitas yang benar-benar masih murni. Faham Nazi benar-benar
kental mengalir di jiwa para anggotanya. Nazi Punk ini sendiri mulai
berkembang di Inggris pada tahun 1970an akhir dan dengan sangat cepat
menyebar ke Amerika Serikat. Untuk musiknya sendiri, mereka menamakannya
Rock Against Communism dan Hate Core.
The Oi atau Street Punk ini biasanya terdiri dari para Hooligan yang
sering membuat keonaran dimana-mana, terlebih lagi di setiap
pertandingan sepak bola. Para anggotanya sendiri biasa disebut dengan
nama Skinheads. Para Skinheads ini sendiri menganut prinsip kerja keras
itu wajib, jadi walaupun sering membuat kerusuhan mereka juga masih
memikirkan kelangsungan hidup mereka. Untuk urusan bermusik, para
Skinheads ini lebih berani mengekspresikan musiknya tersebut
dibandingakan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Para
Skinheads ini sendiri sering bermasalah dengan Anarcho Punk dan Crust
Punk.
Komunitas Punk yang satu ini memang sangat aneh, anggotanya sendiri
terdiri dari orang-orang “sakit”, yaitu para lesbian, homoseksual,
biseksual dan para transexual. Walaupun terdiri dari orang-orang
“sakit”, namun komunitas ini bisa menjadi bahaya jika ada yang berani
mengganggu mereka. Dalam kehidupan, anggota dari komunitas ini jauh
lebih tertutup dibandingkan dengan komunitas-komunitas Punk yang
lainnya. Queer Core ini sendiri merupakan hasil perpecahan dari Hard
Core Punk pada tahun 1985.
Riot Grrrl ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para
wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Anggota ini sendiri juga tidak
mau bergaul selain dengan wanita. Biasanya para anggotanya sendiri
berasal dari Seattle, Olympia dan Washington DC.
Jika Anda tertarik dengan Punk, mungkin ini salah satu komunitas yang
layak untuk diikuti. Scum Punk menamakan anggotanya dengan sebutan
Straight Edge Scene. Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan,
kebersihan, kebaikan moral dan kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk
yang sama sekali tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak tubuh
mereka sendiri.
Skate Punk memang masih erat hubungannya dengan Hard Core Punk dalam
bermusik. Komunitas ini berkembang pesat di daerah Venice Beach
California. Para anggota komunitas ini biasanya sangat mencintai skate
board dan surfing.
Ska Pun merupakan sebuah penggabungan yang sangat menarik antara Punk
dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Mereka juga
memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa mereka sebut dengan Skanking
atau Pogo, tarian enerjik ini sangat sesuai dengan musik dari Ska Punk
yang memilikibeat-beat yang sangat cepat.
Para Punkers biasanya memiliki cara berpakaian yang sangat menarik,
bahkan tidak sedikit masyarakat yang bukan Punkers meniru dandanan
mereka ini. Terkadang gaya para Punkers ini juga digabungkan dengan gaya
berbusana saat ini yang akhirnya malah merusak citra dari para Punkers
itu sendiri. Untuk pakaiannya sendiri, jaket kulit dan celana kulit
menjadi salah satu andalan mereka, namun ada juga Punkers yang
menggunakan celana jeans yang sangat ketat dan dipadukan dengan
kaos-kaos yang bertuliskan nama-nama band mereka atau kritikan terhadap
pemerintah. Untuk rambut biasanya gaya spike atau mohawk menjadi andalan
mereka. Untuk gaya rambut ini banyak orangorang biasa yang mengikutinya
karena memang sangat menarik, namun terkadang malah menimbulkan kesan
tanggung. Body piercing, rantai dan gelang spike menjadi salah satu yang
wajib mereka kenakan. Untuk sepatu, selain boots tinggi, para Punkers
juga biasa menggunakan sneakers namun hanya sneakers dari Converse yang
mereka kenakan.
Gaya para punkers tersebut nampaknya semakin
marak dikenakan akhir-akhir ini, jika begitu mungkin Anda setuju dengan
ungkapan PUNK NOT DEAD.!!